Oleh: Febry Suprapto, M.Pd.I.*
“Karakter yang baik adalah lebih patut dipuji daripada bakat yang luar biasa. Hampir semua bakat adalah anugerah. Karakter yang baik, sebaliknya, tidak dianugerahkan kepada kita. Kita harus membangunnya sedikit demi sedikit–dengan pikiran, pilihan, keberanian dan usaha keras.”
—John Luther—
Pendidikan karakter merupakan kunci yang sangat penting dalam membentuk kepribadian anak. Selain di rumah, pendidikan karakter juga perlu diterapkan di sekolah dan lingkungan sosial. Pada hakikatnya, pendidikan memiliki tujuan untuk membantu manusia menjadi cerdas dan tumbuh menjadi insan yang baik. (A.H. Fathani, “Strategi dan Aksi Pendidikan Karakter”, hal.XX)
Undang-Undang Republik Indonesia tentang Sistem Pendidikan Nasional, arah pendidikan pada Bab II pasal 3 secara jelas menyatakan:
“Pendidikan Nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.”
Menurut pakar pendidikan karakter, Ratna Megawangi, istilah “character” yang berasal dari bahasa Yunani yang berarti “to Mark” (menandai), lebih terfokus pada melihat tindakan atau tingkah laku. Selain itu, istilah karakter erat kaitannya dengan “personality”. Seseorang baru bisa disebut “orang yang berkarakter” (a person of character) apabila tingkah lakunya sesuai kaidah moral. (Ratna Megawangi, “Character Parenting Space”, hal. 9)
*
Berdasarkan grand design yang dikembangkan Kemendiknas (2010), secara psikologis dan sosial kultural, pembentukan karakter dalam diri individu merupakan fungsi dari seluruh potensi individu manusia (kognitif, afektif, konatif dan psikomotorik) dalam konteks interaksi sosial kultural (dalam keluarga, sekolah dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang hayat. Konfigurasi karakter tersebut dapat dikelompokkan dalam:
- Olah hati (spiritual and emotional development) dengan karakter inti: Religius, jujur, tanggung jawab, peduli sosial, peduli lingkungan.
- Olah Pikir (intellectual development) dengan karakter inti: Cerdas, kreatif, gemar membaca, rasa ingin tahu.
- Olahraga dan Kinestetik (physical and kinestetic development) dengan karakter inti: Bersih dan sehat
- Olah Rasa dan Karsa (affective and creativity development) dengan karakter inti: Peduli, kreatif, kerja sama (gotong royong).
(Zubaedi, “Desain Pendidikan Karakter”, hal. 192-193)
*
Pendidikan karakter di bangku sekolah bisa melalui berbagai pendekatan dan strategi. Dalam kaitan ini, diperlukan kerja keras oleh pihak manajemen untuk membuat konsep dan menggerakkan SDM-nya agar mampu memahami dan mengimplementasikannya. (Edi Sutarto, “Pemimpin Cinta”, hal. 221)
Membangun karakter olah hati dapat dilakukan dengan berbagai kegiatan baik yang bersifat harian, pekanan, bulanan atau tahunan seperti Tilawah dan Tahfidzul Qur’an, shalat dhuha, shalat Berjama’ah, puasa sunnah, Jumat amal, Donasi sedekah dan wakaf, Peringatan hari besar Islam dan sebagainya.
Salah satu sekolah yang menerapkan pembekalan karakter melalui program tilawah dan tahfidz merasakan hikmah yang sangat terasa pada siswa. Para siswa di sana dirasakan menjadi lebih tenang dan tawadu (rendah hati), mudah diatur. Bahkan hafalan mereka untuk mata pelajaran yang lain meningkat drastis.(Ibid, hal. 224-225)
Pembiasaan Shalat berjamaah misalnya, dapat mendekatkan sesorang dengan Allah SWT. Sehingga hatinya menjadi tenang dan tenteram serta perbuatnnya terjaga dari hal yang keji dan mungkar. Allah berfirman dalam Surat Al-Ankabut: 45,
ٱتۡلُ مَآ أُوحِيَ إِلَيۡكَ مِنَ ٱلۡكِتَٰبِ وَأَقِمِ ٱلصَّلَوٰةَۖ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ تَنۡهَىٰ عَنِ ٱلۡفَحۡشَآءِ وَٱلۡمُنكَرِۗ وَلَذِكۡرُ ٱللَّهِ أَكۡبَرُۗ وَٱللَّهُ يَعۡلَمُ مَا تَصۡنَعُونَ
Bacalah Kitab (Al-Qur’an) yang telah diwahyukan kepadamu (Muhammad) dan laksanakanlah shalat. Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan) keji dan mungkar. Dan (ketahuilah) mengingat Allah (shalat) itu lebih besar (keutamaannya dari ibadah yang lain). Allah mengetahui apa yang kamu kerjakan.
*
Pendidikan jasmani atau olahraga bisa menjadi media untuk pendidikan karakter. Dengan pendidikan olahraga dapat dikembangkan sikap sportif, jujur, disiplin, kerja sama dan percaya diri. (Desain Pendidikan Karakter, hal. 283-284).
Wira Firmansyah dan kawan-kawan dalam sebuah penelitian yang berjudul “Peranan Ekstrakurikuler Hizbul Wathan Terhadap Pembentukan Karakter Peserta Didik” menyebutkan beberapa karakter yang diperoleh peserta didik melalui kegiatan kepanduan ini. Diantaranya adalah Ketaqwaan, solidaritas dan loyalitas, disiplin, ketegasan (berjiwa kepemimpinan), kepedulian, mampu bekerjasama, dan tanggung jawab.
Karakter tersebut didapat setelah peserta didik mengikuti secara aktif beberapa materi yang diberikan di kegiatan kepanduan tersebut. Materi-materi itu meliputi: Al-Islam dan Kemuhammadiyahan, keterampilan kepanduan, materi umum berupa kepemimpinan, manajemen organisasi dan masalah seputar remaja putra dan putri.
**
Cendekiawan Adian Husaini dalam bukunya mengatakan bahwa pendidikan karakter bukanlah sebuah proses menghafal materi soal ujian, dan teknik-teknik menjawabnya. Pendidikan karakter memerlukan pembiasaan. Pembiasaan untuk berbuat baik; pembiasaan untuk berlaku jujur, ksatria; malu berbuat curang; malu bersikap malas; malu membiarkan lingkungannya kotor dan seterusnya. Karakter tidak terbentuk secara instan, tetapi harus dilatih secara serius dan proporsional agar mencapai bentuk dan kekuatan yang ideal.
(Pendidikan Islam Membentuk Manusia Berkarakter dan Beradab, hal. 35)
Pendidikan karakter juga membutuhkan keteladanan dari berbagai pihak. Sebuah kata bijak bestari mengatakan “Satu keteladanan lebih baik dari seribu perintah.”
Dengan pembiasaan dan keteladanan, pendidikan karakter akan menyatu pada diri anak hingga kelak ia dewasa. Nah, sanggupkah kita membiasakan karakter baik dan menjadi teladan bagi mereka?
*
*Opini ini pernah dimuat di Inspira Magazine, Majalah SD Muhammadiyah Metro, Lampung
*Guru di Satuan Pendidikan Muadalah PP. Al-Ishlah Bondowoso Jatim dan Instruktur Nasional Media Guru